Pernahkah Rasulullah Berpuasa Sebulan Penuh di Bulan Sya’ban? | Busrolana.com
Busrolana.com - Salah satu amalan yang dianjurkan
di dalam bulan Sya’ban adalah berpuasa. Dulu, baginda Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Sampai-sampai Ummul Mukminin Aisyah
rodhiyallahu ‘anha berkata :
لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ
كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
Tidaklah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan
Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban
seluruhnya. (HR. Bukhari, hadits no. 1970).
Begitulah saking banyaknya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa di bulan Sya’ban. Bahkan
kalimat di atas seakan-akan menunjukkan Rasulullah sering berpuasa penuh di
bulan Sya’ban. Hanya saja kata para ulama, kalimat di atas biasa digunakan
orang Arab jika dia berpuasa banyak di bulan tersebut.
Imam Az-Zarqani rohimahullah
menuqil pendapat imam Ibnul Mubarok di dalam kitabnya Syarah Az-Zarqoni ‘ala
Muwatta Al-Imam Maalik :
وَقَدْ قَالَ ابْنُ الْمُبَارَكِ:
جَائِزٌ فِي كَلَامِ الْعَرَبِ إِذَا صَامَ أَكْثَرَ الشَّهْرِ أَنْ يَقُولَ:
صَامَ الشَّهْرَ كُلَّهُ
Ibnul Mubarak berkata :
Dibolehkan dalam pembicaraan orang Arab jika dia banyak berpuasa di sebagian
besar bulan untuk mengatakan : Dia berpuasa sebulan penuh. (Syarah Az-Zarqoni
‘ala Muwatta Al-Imam Maalik, jilid 2 halaman 290).
Inilah yang dimaksud oleh
Ummul Mukminin Aisyah rodhiyallahu ‘anha ketika menggambarkan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa seluruhnya di bulan Sya’ban. Karena di
dalam hadits lain Ummul Mukminin Aisyah rodhiyallahu ‘anha menyebutkan bahwa
baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berpuasa sempurna
sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan.
Dari Ummul Mukminin Aisyah
rodhiyallahu ‘anha berkata :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ
حَتَّى نَقُولَ: لاَ يَصُومُ، فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا
رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak
berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku
tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa
secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah
melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.
(HR. Bukhari, hadits no. 1969).
Namun di hadits lain juga
Ummul Mukminin mengabarkan bahwa baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
berpuasa sebulan penuh pada bulan Sya’ban.
كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ،
كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلَّا قَلِيلًا
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam (dahulu) berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya. Beliau (dahulu juga)
berpuasa pada bulan Sya’ban hanya sedikit hari saja. (HR. Muslim, hadits no.
1156).
Lalu pernahkah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam berpuasa penuh pada bulan Sya’ban?
Imam An-Nawawi rohimahullah
berkata di dalam kitabnya Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim :
الثَّانِي تَفْسِيرٌ لِلْأَوَّلِ
وَبَيَانٌ أَنَّ قَوْلَهَا كُلَّهُ أَيْ غَالِبَهُ وَقِيلَ كَانَ يَصُومُهُ
كُلَّهُ فِي وَقْتٍ وَيَصُومُ بَعْضَهُ فِي سَنَةٍ أُخْرَى
Tafsiran yang kedua untuk
penjelasan yang pertama adalah bahwa pengertian “kullahu” artinya lebih banyak.
Ada ulama yang mengatakan : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
berpuasa penuh selama sebulan pada satu waktu dan pernah berpuasa sebagiannya
pada waktu (tahun) yang lain. (Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, jilid 8 halaman
37).
Berdasarkan tafsiran Imam
An-Nawawi rohimahullah pada hadits di atas, bahwa baginda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah berpuasa sebulan penuh dan pernah juga berpuasa
separohnya.
Jadi, baginda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpuasa sebulan penuh di bulan Sya’ban,
hanya saja tidak dilakukan setiap tahun karena dikhawatirkan akan dianggap
wajib oleh para sahabat.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa Ar-Riyawi
Posting Komentar